Sunday, September 13, 2009

Konfik indonesia-malaysia, AWAS PIHAK KETIGA...!!!

Sebagai bangsa yang besar dan cukup berpengaruh di kawasan Asia Tenggara, kita harus pandai meneropong, menyimak dan menyikapi setiap konflik yang terjadi antara Indonesia-Malaysia.

Sebab, tak mustahil Indonesia-Malaysia memang sedang diadu domba. Ada pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab dan ingin meman-cing di air keruh, yang ingin te-rus memperuncing ketegangan antara rakyat Indonesia dan Malaysia melalui media internet, cetak dan televisi.

Siasat yang mereka gunakan, adalah siasat usang namun masih ampuh dalam memancing emosi orang-orang yang kurang berwawasan, kurang berpendidikan atau berpendidikan terbatas. Diantara trik dan siasat yang digunakan adalah dengan dengan memanipulasi rasa nasionalisme. Mereka mengarahkan rakyat Malaysia untuk membenci Indonesia, begitu juga sebalik-nya. Mereka berupaya terus mencari-cari isu tertentu yang bisa dimanipulasi untuk mengadu domba kedua bangsa yang sama leluhurnya, sesama ras Melayu, sahabat dan saudara serumpun Indonesia dan Malaysia.

Kita sebagai media, tentu harus pandai meneropong gejala ini. Sebab siasat dengan menunggangi media cetak dan televisi untuk terus mengompori kedua bangsa saling membenci, merupakan trik yang pa-ling ampuh. Orang-orang semacam ini, juga dapat mengotori dan membuat polusi di cyberspace-internet dengan membuat website, blog, dan group yang isinya dipenuhi sumpah serapah yang menunjukkan kedangkalan mentalitas dan intelektualitas orang-orang di dalamnya. Bahkan banyak orang-orang Malaysia me-nyamar sebagai orang Indonesia di Internet yang kemudian saling menjelekkan dengan harapan dapat memancing kemarahan Rakyat kedua negara.

Dibalik setiap ketegangan antar bangsa/negara, ada para pihak yang memulai dan atau kemudian ikut menunggangi konflik yang terjadi, sehingga mereka sangat berkepentingan untuk melanggengkan konflik yang terjadi dengan mengupayakan segala bentuk adu domba. Kepentingan ideologis, politis, ekonomis adalah motif dari para bandit tak bermoral ini. Sehubungan dengan ketegangan antara Indonesia dan Malaysia.

Mari kita teropong indikasi pihak-pihak yang dapat memanfaatkan konflik ekdua negara ini. Boleh jadi datang dari kalangan pebisnis/Korporasi. Golongan ini adalah mereka yang memiliki kepentingan bisnis baik di Indonesia ataupun di Malaysia yang akan diuntungkan dari konflik Indonesia-Malaysia. Krisis Ambalat misalnya, dipicu oleh kepentingan Shell yang berkepentingan untuk mendapatkan konsesi eksploitasi minyak di kawasan tersebut. Sementara Di Indonesia, ada kalangan yang merasa terancam dengan investasi dan bisnis asing di Indonesia, termasuk Malaysia.

Golongan ini memiliki akses politik dan ekonomis yang luar biasa besar sehingga dapat mempengaruhi hukum, pemerintah, aparat, media, dan masih banyak lagi. Rukun agama korporasi yang paling utama adalah profit yang maksimal bagi pemegang saham, dan untuk tujuan tersebut, para bandit korporasi ini akan menghalalkan segala cara, kalau perlu mengorbankan rakyat di segala belahan dunia (ingat kembali kasus manipulasi data finansial Enron, kasus-kasus lingkungan yang melibatkan perusahaan-perusahaan energi.

Mari juga kita teropong bagimana peran kaum Neo-Imperialis dalam memanfaatkan konflik ini. Kaum neo-imperialis tidak menginginkan stabilitas politik di kawasan Asia Tenggara. Indonesia dan Malaysia yang damai dan berhubungan baik merupakan mimpi buruk bagi mereka. Terlebih lagi, Indonesia dan Malaysia adalah negara mayoritas Muslim. Golongan ini mempunyai hubungan simbiosis mutualisme dengan golongan separatis, dan juga kalangan bisnis. Setiap golongan akan mendapatkan bagian kuenya apabila sampai terjadi konflik frontal antara Indonesia dan Malaysia, dan korbannya tentu saja adalah rakyat Indonesia dan Malaysia sendiri.

Lantas bagimana dengan politisi Musiman/Nasionalis Ekstrimis? Golongan ini tidak memiliki peran signifikan, lebih merupakan peramai atau "tim hore" yang hanya akan mengais-ngais remah-remah kue sisa 4 golongan di atas. Mereka gemar mencari popularitas dengan menunggangi isu-isu politis dan selalu sigap memakai topeng dan baju "Nasionalis", walaupun tujuan mereka hanya sekedar kursi di pemerintahan (mulai dari Kepala Desa sampai Anggota DPR), penyebutan nama mereka di Koran, atau popularitas sesaat.

Di sisi lain mereka terus melakukan korupsi, pungli, maling, narkoba, dan entah apa lagi. Ketegangan antara Malaysia dan Indonesia adalah panggung sandiwara yang tepat bagi mereka untuk mencitrakan diri sebagai sosok nasionalis sejati dengan mengeluarkan pernyataan-pernyataan dangkal emosional yang berbahasa sensasional dan bombastis untuk menaikkan popularitas mereka. Tentu saja para badut munafik ini sangat berkepentingan dengan adanya konflik Malaysia dan Indonesia....

No comments:

Post a Comment